Menguasai karakteristik siswa dari segi aspek fisik, moral,kultural
emosional, intelektual, Spiritual dan sosial.
a)Fisik
Aspek
Fisik merupakan bagaimana mengenal karakteristik (mempunyai sifat khas sesuai
dengan perwatakan tertentu) peserta didik, dengan Potensi fisik tidak hanya
mengacu pada kondisi kesehatan fisik (kondisi kesehatan tubuh) dan
keberfungsian anggota tubuh (cacat fisik, atau kemampuan alat indrawi, seperti
penglihatan dan kemampuan pendengaran. tetapi juga berhubungan dengan proporsi
pertumbuhan dan perkembangan fisik postur tubuh yang dipengaruhi asupan gizi
yang dikonsumsi, perkembangan dan keterampilan psikomotorik (kemampuan dalam
menggunakan skil aktifitas organ tubuh,) yang berhubungan dengan menurut Howard
Gardner (1983) kecerdasan kinestetis.
b)Moral
Moral
merupakan aspek perilaku atau sikap yang sering ditunjukkan peserta didik dari
ajaran tentang baik, buruk yang diterima umum mengenai sebuah respon tindakan
atau perbuatan yang dalam perspektif agama sering kita kenal dengan istilah
akhlak, budi pekerti, susila. sebagai contoh prilaku buruk atau mereka sudah
bejat, mereka suka minum-minuman keras dan mabuk-mabukan (obat-obatan, zat
adiktif), bermain judi, dan bermain perempuan. sedangkan untuk bermoral baik,
ditunjukkan perilaku sopan, jujur, patuh, taat, yang untuk budaya timur seperti
hormat pada yang tua lewat tutur bahasa yang lembut, menghargai nilai adat
istiadat sehingga seseorang bisa dinilai bermoral sudah mulai menunjukkan
atau bahkan sudah menjalankan dengan mempunyai pertimbangan baik buruk dalam
perbuatannya baik bagi alam, dirinya, dan orang lain.
c)Kultural
Aspel kultural
merupakan yang berhubungan dengan kebudayaan, suatu cara hidup yang berkembang,
dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi
ke generasi. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem
agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan
karya seni.
Unsur budaya
tersebutlah menjadikan karakterisik peserta didik bisa berbeda satu sama yang
lainnya. sehingga ketika peserta didik berinteraksi dan berkomunikasi dengan
warga di lingkungan sekolahnya perlu menyesuaikan perbedaan-perbedaannya, sebab
mereka memyakini nilai-nilai yang di tanamkan oleh lingkungan keluarga dan
masyarakat dimana peserta didik hidup. pengetahuan guru tentang kultur peserta
didik bawaan lingkungan keluarga dan masyarakat, apalagi jika peserta didik di
sekolah terdiri dari kelomopok masyarakat yang heterogen. maka guru dituntut
untuk mampu menyesuaikan atau membawa kedalam kultur belajar kondusif agar kultur
bawaannya sehingga membuat peserta didik secara nyaman dan sadar akan
mendapatkan kesempatan belajar yang sama terhindar dari diskriminatif.
d)Emosional
Untuk Aspek emosional
penulis mengacu pada pendapat menurut Skinner (1977), seorang psikolog Amerika
Serikat yang terkenal dengan aliran behaviorisme pandangan, bahwa esensi
kematangan emosi melibatkan kontrol emosi yang berarti bahwa seseorang mampu
memelihara perasaannya, dapat meredam emosinya, meredam balas dendam dalam
kegelisahannya, tidak dapat mengubah moodnya, tidak mudah berubah pendirian.
Kematangan emosi juga dapat dikatakan sebagai proses belajar untuk
mengembangkan cinta secara sempurna dan luas dimana hal itu menjadikan reaksi
pilihan individu sehingga secara otomatis dapat mengubah emosi-emosi yang ada
dalam diri manusia (Hwarmstrong, 2005).
Berdasarkan pendapat
tersebut, dapat disimpulkan bahwa mengenal karakteristik peserta didik melalui
kematangan tingkat reaksi dan pengendalian emosional peserta didik dalam
merespon keadaan atau peristiwa yang dialaminya. untuk mengenal beberapa contoh
emosi yang sering kita rasakan menurut Daniel goleman dalam bukunya yang
berjudul kecerdasan emosional, emosi terbagi menjadi :
Amarah, seperti
mengamuk, bengis, benci, jengkel, kesal hati rasa. terganggu, seperti rasa
pahit tersinggung merasa hebat dsb. Kesedihan, seperti pedih, sedih, asa,
kalau, depresi berat. Rasa takut , seperti cemas, takut, gugup, khawatir,
waspada, tidak senang,tidak tenang, was was, fobia, dan panik. Kenikmatan,
sepertibahagia, gembira, riangan , puas, terhibur, bangga, takjub, senang
sekali, dsb. Cinta, seperti penerimaan, persahabatan, kepercayaan, kebaikan
hati, rasa dekat, bakti, hormat, kasih. Terkejut, takjub terpana dsb. Jengkel
hina, jijik, mual, benci, tidak suka, mau muntah dsb, Malu, rasa salah, malu
hati, kesal hati hina, aib, hancur lebur
e)Intelektual
Aspek
Intelektual disebut juga tingkat kecerdasan peserta didik yang diukur dari
kemampuan kognitif dalam menyelesaikan masalah, menalar dan berfikir logika
berdasarkan faktual dan empirisnya dengan berpikiran jernih berdasarkan ilmu
pengetahuan, tingakat pengertian atau kesadaran, terutama yang menyangkut
pemikiran dan pemahaman. potensi intelektual sudah pasti berhubungan dengan
kecerdasan yaitu prestasi akademik, kecerdasan umum, kemampuan khusus (bakat),
dan kreativitas. pengkategorian ini dapat mengacu pada beberapa kecerdasan
menurut Howard Gardner (1983) yang dominan pada ruang lingkup kognitif (logika
abstrak), seperti Kecerdasan Logika Matematik, visual spasial, linguistik, dan
musikal. untuk kecerdasan lainnya seperti interpersonal, intrapersonal,
spiritual, dalam bahasan ini menurut hemat penulis di kelompokkan kepada aspek
emosional, sosial, spritual telah dan akan diuraikan.
f)Spiritual
Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonsia, aspek spiritual adalah berhubungan dengan atau
bersifat kejiwaan (rohani, batin). Kecerdasan spiritual (spiritual quotient)
adalah kecerdasan jiwa yang membantu seseorang untuk mengembangkan dirinya
secara utuh melalui penciptaan kemungkinan untuk menerapkan nilai-nilai
positif. Ciri utama dari Kecerdasan Spiritual ini ditunjukkan dengan kesadaran
seseorang untuk menggunakan pengalamannya sebagai bentuk penerapan nilai dan
makna. Kecerdasan spiritual yang berkembang dengan baik akan ditandai dengan
kemampuan seseorang untuk bersikap fleksibel dan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan, memiliki tingkat kesadaran yang tinggi, mampu menghadapi
penderitaan dan rasa sakit, mampu mengambil pelajaran yang berharga dari suatu
kegagalan, mampu mewujudkan hidup sesuai dengan visi dan misi, mampu melihat
keterkaitan antara berbagai hal, mandiri, serta pada akhirnya membuat seseorang
mengerti akan makna hidupnya serta mengaitkan hubungannya dengan Yang Maha
Kuasa dan Maha pencipta, tergantung dengan kepercayaan yang dianut oleh peserta
didik
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek : (1)Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan, (2) Menemukan arti dan tujuan hidup, (3)Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, (4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha tinggi.
Menurut Burkhardt (1993) spiritualitas meliputi aspek-aspek : (1)Berhubungan dengan sesuatau yang tidak diketahui atau ketidakpastian dalam kehidupan, (2) Menemukan arti dan tujuan hidup, (3)Menyadari kemampuan untuk menggunakan sumber dan kekuatan dalam diri sendiri, (4) Mempunyai perasaan keterikatan dengan diri sendiri dan dengan yang maha tinggi.
Mempunyai
kepercayaan atau keyakinan berarti mempercayai atau mempunyai komitmen terhadap
sesuatu, Konsep kepercayaan mempunyai dua pengertian. Pertama kepercayaan
didefinisikan sebagai kultur atau budaya dan lembaga keagamaan seperti Islam,
Kristen, Budha, dan lain-lain. Kedua, kepercayaan didefinisikan sebagai sesuatu
yang berhubungan dengan Ketuhanan, Kekuatan tertinggi, orang yang mempunyai
wewenang atau kuasa, sesuatu perasaan yang memberikan alasan tentang keyakinan
(belief) dan keyakinan sepenuhnya (action), harapan (hope), Harapan merupakan
energi yang bisa memberikan motivasi kepada individu untuk mencapai suatu
prestasi dan berorientasi kedepan. Agama adalah sebagai sistem organisasi
kepercayaan dan peribadatan dimana seseorang bisa mengungkapkan dengan jelas
secara lahiriah mengenai spiritualitasnya. Agama adalah suatu sistem ibadah
yang terorganisir atau teratur sehingga dengan aspek spiritual ini baik dalam
pengertian sebagai kultur ataupun kekuatan tertinggi, inilah tentunya
memberikan perbedaan cara pandang bagaimana kebiasaan dan keyakinan akan
dipertahankan sebagai amalan terhadap agama yang dianut peserta didik.
g)Pada aspek sosial adalah berkenaan dengan kemasyarakatan yang terbentuk
melalui proses interaksi dan komunikasi antara peserta didik dengan
lingkungan sosialnya, positifnya perilaku aspek sosial ini dapat diamati
bagaimana sifat dan sikap peserta didik adanya kecendrungan peserta didik suka
memperhatikan kepentingan umum (suka menolong, menderma, dan sebagainya). atau
mungkin bisa saja peserta didik justru cendrung menghindar dari lingkungan
sosialnya (seperti senang menyendiri, menyelesaikan pekerjaannya secara
individual, tidak banyak komunikasi). kecendrungan Sifat-sifat
kemasyarakatan yang positiflah yang harus dibtumbuhkembangkan dalam
diri peserta didik sehingga tertanam kepedulian sosial yang baik. ini akan
membuat peserta didik selalu disukai orang dalam pergaulannya.
EmoticonEmoticon